Kecanduan Media Sosial Akibatnya Susah Bersyukur
Kita sering melihat foto-foto keren di media sosial kita, seperti foto-foto liburan, keluarga, pemandangan ataupun selfie yang keren. Melihat hal-hal indah ini, secara tidak sadar, otak kita terprogram untuk menganggap bahwa hidup normalnya seperti apa yang ditunjukkan di feed media sosial kita. Hal ini karena secara biologis, kita cenderung percaya dengan apa yang kita lihat.
Saat ini sekitar setengah populasi dunia menggunakan media sosial. Suatu penelitian baru yang dilakukan oleh Universitas British Columbia dan Kanada mempelajari penggunaan tiga jenis media sosial yaitu Facebook, Instagram dan Twitter. Mereka menemukan fungsi yang paling sering digunakan adalah mengecek news feed. Apa yang cenderung kita lihat saat mengecek feed media sosial adalah hal dan kejadian yang sudah diperindah dengan cara disunting atau di-Photoshop. Melihat hal yang indah ini, secara otomatis kita membandingkannya dengan kehidupan kita yang sebenarnya, yang sarat dengan pasang surut. Secara tidak sadar, kita merasa terdorong untuk mengejar momen-momen luar biasa, bentuk tubuh tertentu, gaya hidup, penampilan, tempat berlibur, dan lain-lain. Semua ini agar kita dapat merasa hidup kita sudah layak.
Biasanya kita merasa bersyukur saat kita mengalami hal-hal positif dalam hidup kita. Padahal, bersyukur yang sebenarnya adalah menghargai apa yang kita miliki, walaupun tampak biasa-biasa saja dan bahkan saat tidak sempurna.
Suatu penelitian mengenai rasa syukur yang dilakukan Michael Mccullough dan rekan-rekan menemukan bahwa iri hati dan materialistis menghalangi kita dalam bersyukur. Hal ini karena iri hati dan materialistis berfokus pada hal-hal yang tidak kita miliki. Dan seringkali kita diingatkan mengenai hal-hal yang tidak kita miliki melalui media sosial. Sehingga, tanpa sadar kita merasa iri dan sulit bersyukur. Kita merasa bahwa kita hanya dapat bersyukur bila hidup kita seindah foto pemandangan yang telah difilter, atau semenarik seseorang yang berpose dengan latar belakang indah.
Sebuah film dokumenter mutakhir, Social Dilemma, menunjukkan bagaimana media sosial digunakan untuk mengubah cara berpikir kita dan memanipulasi kenyataan. Penelitian ini juga menekankan cara platform-platform tersebut bekerja agar membuat kita selalu kembali dan kecanduan.
Dengan seringnya menggunakan media sosial, maka semakin sedikit waktu yang kita habiskan dengan orang-orang di sekitar kita. Kita seolah tahu semua yang mereka lakukan, tetapi tidak terlibat interaksi bermakna. Interaksi yang terbentuk saat kita melakukan percakapan yang berarti dengan mereka. Penggunaan media sosial membuat kita merasa tidak puas dan mengurangi waktu yang kita habiskan dengan orang lain. Keadaan ini menyebabkan kita merasa terputus hubungan dan terisolasi. Padahal, ketika kita berinteraksi secara nyata dengan orang lain, kita merasa tidak sendiri. Kita merasa dihargai dan karenanya kita merasa bersyukur.
Bersyukur adalah kunci kebahagiaan. Saat sedang mendapatkan atau mengalami hal-hal luar biasa ataupun tidak, bersyukur sesering mungkin akan meningkatkan kebahagiaan Anda secara signifikan.
Ketika kita memikirkan tentang hal-hal yang kita syukuri, cara pandang dan cara berpikir kita dapat berubah ke arah yang positif positif. Namun bila kita bersyukur dari hati, akan ada kebahagiaan yang begitu mendalam sehingga melampaui ketidaksempurnaan dalam hidup kita sehari-hari. Kita dapat merasakan rasa syukur yang sejati ini kapanpun, dimanapun, dan apapun yang terjadi. Marilah kita memilih untuk ada dan selalu hadir dengan sepenuh hati. Merasakan serta mengalami rasa syukur dalam situasi apapun.
8 Tips Memulai Kebiasaan Media Sosial yang Mempermudah Bersyukur
- Sadari bagaimana perasaan Anda setelah menelusuri media sosial
- Batasi waktu penggunaan aplikasi media sosial di ponsel Anda
- Berikan perhatian sepenuhnya saat Anda bersama orang lain dan ingatkan teman jika sibuk bermain ponsel
- Luangkan waktu untuk hal-hal yang membuat Anda tertawa dan menginspirasi Anda, salah satu yang menginspirasi dan banyak info contohnya akun Natural Way of Living
- Batasi paparan terhadap hal-hal yang menimbulkan iri hati dan materialistis
- Bagikan kreativitas dan semangat Anda
- Berbagi dengan teman mengenai hal-hal nyata yang membuat Anda bersyukur, walaupun tampak biasa-biasa aja
- Bergabung ke komunitas yang menumbuhkan rasa syukur dan bahagia dari dalam
Winda Liem
Co-Editor, Natural Way of Living