Pasrahkan, dan Biarkan Kasih Sayang Mengalir

stack of rocks

Sebagai seseorang berkepribadian gila kontrol tipe A, “Pasrah” adalah konsep yang sulit saya pahami dan asing bagi saya.

Sepanjang hidup, saya memperhitungkan, merencanakan dan melaksanakan segalanya dengan cermat. Baik itu merencanakan pendidikan, karier, dan bahkan perjalanan liburan saya. Kalau ada yang tidak berjalan sesuai rencana dan cara saya, saya akan marah sekali sampai ngeri sendiri melihat betapa konyol dan tertekannya saya. Sebenarnya, dari lubuk hati terdalam saya tahu bila hal-hal seperti ini terus berlangsung, saya bisa bermasalah secara kesehatan dan mental yang disebabkan oleh ketidakbahagiaan. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk memulai perjalanan spiritual dan pengembangan pribadi saya dengan mengikuti Lokakarya Membuka Hati.

 

Setelah membuka hati, muncul sebuah kesadaran yang dalam di diri saya bahwa setiap situasi dapat berubah menjadi sebuah kesempatan yang indah. Saya belajar pasrah dan membiarkan diri saya dikasihi dan disayangi oleh Tuhan YME. Tetapi, tidak mudah bagi saya untuk menjalaninya karena saya terlatih untuk hampir selalu mengandalkan diri sendiri. Hingga pada akhirnya saya belajar untuk lebih percaya kepada Tuhan YME dan pasrah kepadaNya dengan membiarkan Kasih Sayang Tuhan mengurus diri saya, segalanya dan setiap situasi.

 

Saya sangat bersyukur telah bertemu dengan Bapak Irmansyah Effendi, pendiri Natural Way of Living, yang telah mengenalkan berbagai program kepada saya termasuk Reiki Tummo, Membuka Hati, Rahasia Berjalan Alami, dan Rahasia Penyembuhan Alami. Beliau sering mengatakan bahwa semua program ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membantu kita membuka hati dan memperdalam hubungan kita yang abadi dengan Tuhan YME.

 

Setelah beberapa tahun praktek membuka hati, saya merasakan hati saya menjadi lebih terbuka untuk dan kepada Tuhan YME, dan mengalami Kasih Sayang dan BimbinganNya.

Setiap kali saya berserah dan mengandalkan Kasih Sayang Tuhan, hasilnya selalu yang terindah dan ajaib di luar dugaan saya.

 

Dalam suatu kesempatan, salah satu teman dekat saya menghubungi saya disaat dia mengalami saat-saat terburuk dalam hidupnya. Ia mengirimkan pesan teks yang amat mengganggu pikiran dan perasaan saya.

Saya tidak dapat menghubunginya, dan tidak dapat menolongnya. Kami terpisah jarak ribuan mil, saya sungguh peduli, takut, stress dan kuatir padanya. Pikiran menakutkan seperti bagaimana bila saya pasrahkan saja dan kemudian dia malah melukai dirinya sendiri? Lalu, hati saya teringat Tuhan YME selalu ada di sini, dan di mana-mana. Kasih SayangNya  selalu membantu, membimbing, dan melindungi kita semua. Saya hanya perlu menyentuh hati saya, santai dan tersenyum, sebagaimana saat saya sedang membuka hati. Saya mulai memasrahkan saja apapun yang akan terjadi, dan berdoa sepenuh hati kepada Tuhan YME untuk memasrahkan stress, beban-beban, kekhawatiran dan semua keterbatasan saya, terutama pikiran-pikiran gila saya yang berseliweran. Saya berdoa memasrahkan teman saya kepada Tuhan YME dan percaya bahwa Tuhan akan mengurus dan menyayangi teman saya tersebut, lebih dari yang saya mampu.

 

Dalam 24 jam, teman saya tersebut menghubungi saya kembali. Dia meminta maaf karena telah menyulitkan saya dengan membuat saya khawatir dan tertekan akan keadaannya dan meyakinkan saya bahwa dia dalam keadaan baik-baik saja. Sungguh hal yang luar biasa untuk  menyaksikan bagaimana tak terbatasnya Kasih Sayang Tuhan YME dalam mengurus berbagai hal. Terlebih lagi karena saya tidak melakukan apapun untuk teman saya, selain memasrahkan kekhawatiran dan stress yang saya alami, serta mempercayai Tuhan YME seutuhnya. Karena berulang kali menyaksikan keajaiban-keajaiban kepasrahan kepada Tuhan YME, kepercayaan saya kepadaNya pun semakin terbangun.

 

Waktu berlalu, dan dalam beberapa tahun terakhir, saya berkesempatan berbagi mengenai Membuka Hati dengan banyak orang. Mereka sering bercerita kepada saya mengenai situasi-situasi sulit dimana mereka tidak menemukan jalan keluarnya. Saat saya mendengarkan cerita mereka, saya terdorong untuk membantu namun saya sadar saya memiliki keterbatasan. Saya memohon bimbingan kepada Tuhan YME mengenai apa yang bisa saya lakukan. Dan saya juga ingatkan mereka betapa pun pandai dan hebatnya kita, pengetahuan dan pengalaman kita selalulah terbatas.

 

Saya sering mencontohkan kejadian yang saya alami sendiri, dimana saat saya sudah mengerahkan segalanya agar kelanjutan studio tari saya tetap berjalan, sampai akhirnya terpaksa dilepaskan.

Saya tidak melihat jalan keluar sama sekali saat bernegosiasi dengan pemilik bangunan yang berusaha mengusir kami karena beliau memiliki rencana tersendiri untuk bangunan tersebut. Padahal saat itu kami masih memiliki sisa sewa selama beberapa bulan, namun beliau tetap meminta kami membayar sewa secara penuh.

 

Pemilik bangunan ini menolak untuk bertemu atau menjawab panggilan telepon kami sementara beban sewa yang harus kami bayar semakin berat. Namun, saya bersyukur karena saat itu saya telah membuka hati dan mengikuti acara-acara retret lanjutan dari Bapak Irmansyah Effendi. Lalu, saya berdoa kepada Tuhan, bukan untuk meminta hasil tertentu, tetapi hanya untuk membiarkan Kasih Sayang Tuhan membersihkan semua emosi negatif dalam diri saya dan semua pihak yang terlibat dalam urusan ini. Saya juga belajar untuk memaafkan dan introspeksi atas kesalahan saya sendiri saat dulu awal-awal bernegosiasi dengan pemilik bangunan ini. Saya akhirnya berdoa untuk memasrahkan semua hasil dan untuk apapun terjadi sesuai dengan Kehendak Tuhan YME secara alami dan seutuhnya.

 

Saya melakukan panggilan telepon yang terakhir kepada sang pemilik bangunan dan meninggalkan pesan bahwa saya tidak meminta apa pun dari beliau, melainkan hanya ingin bertemu agar beliau mendengarkan saya.

Sang Tuan Tanah akhirnya setuju bertemu dengan saya dan mitra kerja saya. Saya pun tersenyum dari hati kepada siapapun yang hadir saat pertemuan tersebut lalu menyampaikan permohonan maaf kepada sang pemilik bangunan bila ada kesalahpahaman dari pihak saya. Sang pemilik bangunan nampak terkejut melihat ketenangan dan ketulusan saya. Pembicaraan berjalan lancar. Beliau tidak hanya membebaskan kami dari beban sewa, bahkan memperbolehkan kami tetap tinggal tanpa perlu membayar uang sewa selama jangka pendek sehingga kami bisa memperoleh pendapatan tambahan. Beliau bahkan mengembalikan uang muka secara penuh. Hal ini amatlah tidak terduga mengingat pendirian awal beliau yang tidak bersedia berkompromi dan meminta kami membayar penuh sisa sewa.

 

Saya menyadari dan sering membagikan hal ini kepada rekan-rekan lain, bahwa sebenarnya diri kitalah yang menghalangi petunjuk dan bimbingan dari Kasih Sayang Tuhan.

Begitu kita dapat memasrahkan seutuhnya dan membiarkan Kasih Sayang Tuhan mengalir berkelimpahan, maka hal-hal terindah dan solusi-solusi tidak terduga selalu muncul.

 

Di saat pandemi seperti ini, banyak orang mengalami stress dan kecemasan. Meskipun kita tidak dapat melihat solusi yang jelas pada situasi-situasi tertentu dan ada banyak hal di luar kendali kita, mengapa tidak kita pergunakan saat ini sebagai kesempatan nyata untuk membuka hati kita dan membiarkan Kasih Sayang Tuhan mengalir berkelimpahan. Marilah  kita semua alami rasa aman, ketenangan, kebahagiaan, rasa syukur dan kasih sayang tanpa syarat yang Tuhan hendaki kita alami seutuhnya. Pasrahkan, dan Biarkanlah Kasih Sayang Mengalir..

 

Diterjemahkan dari:

Laura Fan

Manager at Arthur Murray Dance Centers Red Bank NJ
& Dance Coach
New Jersey, United States

Instagram: @lfan18